Rihlah Haul Sidoarjo Ke-46

Sumur Peninggalan Habib Sholeh

14-16/05/2022 

Haul Habib Sholeh bin Muchsin Al-Hamid

Perjalanan dua hari satu malam, sebuah perjalanan yang menyimpan banyak pelajaran dan drama di dalamnya yang menyisakan rasa di dada. Dengan dari pra acara sampai pasca acara begitu banyak drama yang terjadi, notifikasi WhatsApp yang berbunyi setiap harinya dengan kalimat ya yang mencirikan si pengetik tersebut.

Mulai dari kekurangsiapan panitia, manajemen waktu hingga molor berjam-jam, kecelakaan saat- melobby bus disertai hujan yang lebat, beberapa sudah mengundurkan diri bahkan h-1 acara. proses pembayaran yang masih belum lunas, harus menembusi ke sana-kemari. 

Yang awalnya tertera enam tujuan menjadi tiga tujuan pada rundown acara dan karena manajemen waktu yang kurang disiplin jadilah total menjadi dua tujuan saja😅 (tertawa keheranan)

Awalnya, dengan antusias aku mendaftar, keinginan untuk ke Kampung Tarim karena untuk ke Negeri Tarim, Yaman sendiri pun membutuhkan budget ekstra untuk dapat ke sana.

Kecewa? Pasti!

Bukan hanya dari tujuan yang dihilangkan, tapi juga karena kurangnya memperkirakan jam makan untuk para anggota bus. Kurangnya perhatian dan untuk saling berbaur, seperti terdapat tiga golongan dalam satu kendaraan ya, itu yang kurasa dan kuamati.

Pentingnya komunikasi agar tidak sampai ada yang jatuh sakit karena menahan lapar berjam-jam lamanya. Ya karena kurang kepekaan aja sih dan anggep aja langit sedang menguji kemandirian diri untuk memperhatikan diri sendiri.

Acara Haul Habib Sholeh bin Muchsin Al-Hamid yang ke-46, berlangsung sangat ramai sampai penuh sesak dan berdesakan.



Betapa sesak dan sakit ketika berada di tengah-tengah kerumunan itu, tak peduli lansia, orang hamil, atau bahkan anak-anak yang penting mereka bisa sampai pada barisan yang dituju. Sampai ada yang berteriak sambil berpegang pada tiang terop dan terlihat terop pun bergoyang seakan hampir roboh dibuatnya.

Aku yang berbadan kurus hampir terbang karena didesak saat berusaha melindungi teman agar tetap pada barisan, entah terbagi menjadi berapa arus, sepertinya enam arus yang berbeda.

Di sini aku belajar satu hal, bahwa:

Tak perlu pandang bulu, jika kamu mampu melakukan maka lakukanlah untuk melindungi sesama kaum hawa. Berusaha mencari dan menemukan yang terpisah menjadi satu titik kebersamaan.


Melanjutkan perjalanan menuju rumah Habib dan istrinya Hubabah Fatimah, terlihat sudah banyak orang memenuhi halaman rumah, berdiri mengantri, saling dorong bahkan terdorong sampai terjepit dan sesak, hingga menimbulkan teriakan baik dari panitia (seorang ikhwan) maupun dari para jamaah yang mengantri untuk dapat giliran masuk.

Berjam-jam lamanya, berdiri di sini tanpa makan hanya minum segelas air, keringat mulai membasahi seluruh tubuh, panas dan ah! Gerah rasanya. 

Aku yang berada di posisi belakang perbatasan antara laki-laki dan perempuan, melindungi seorang teman yang berada di dekat jendela, ia hanya diam dan terlihat menangis karena sudah tak sanggup berdiri dan tidak maju-maju daritadi. Akhirnya dia menjatuhkan badannya dan duduk sembari minum air, sedangkan aku berada di belakangnya menjaga agar tidak terdesak oleh jamaah laki-laki.

Menunggu dari pukul 09.43-11.08 akhirnya kami menyerah, memutuskan untuk keluar dari antrian yang 😤 Namun, aku mendapat pelajaran, bahwa:

Bagai surga dan neraka yang tak semua orang dapat bebas masuk ke dalamnya untuk menemui Rasulullah, hanya golongan yang diakui yang dipersilakan masuk dan para pengikutnya.

- Ya, seperti yang terjadi pada video di atas, sepertinya hanya para syarifah dan barisannya yang dipersilakan masuk bertemu dengan Ummi untuk meminta doa dan dapat mencium tangan beliau.-

Terbesit dalam pikiran: Allah, apakah seperti ini berada di padang mahsyar, kelak? Semua manusia berkumpul menjadi satu dalam kerumunan tanpa batasan dan jarak kecil untuk sekadar menghirup udara segar.

Begitu lemah tak berdaya, kaki yang tadinya sanggup berdiri menopang tubuh terasa lunglai dan seperti tertarik ke lantai. Duduk lama dan merenungi dosa yang ada, kepala yang terasa begitu penat dan bau badan karena cucuran keringat mulai terasa. Dada begitu sesak karena hantaman dari dorongan para jamaah.

Aku duduk termenung sudah tak peduli dengan barisan ini, tak peduli akan diriku yang diseruduk ke sana kemari, hanya duduk dan hanyut dalam lamunan akan akhirat, kelak. Panitia yang tepat berdiri di samping kananku berteriak kepada panitia di depan (pintu masuk akhwat) bahwa ada anak perempuan sedang duduk dan sudah tidak dapat mundur lagi. Namun, lucunya seakan dianggap angin lalu yang tidak digubris. Mungkin, suara panitia tersebut terdengar lembut sehingga kalah dengan teriakan jamaah

Semakin terdesak dan panitia memintaku untuk berdiri, tapi ternyata malah sesak dan benar-benar membuatku jengah dengan semua ini. Saling berdempetan dan tidak ada jarak untuk bergerak leluasa.


Sampai pukul 11.15 kami menyerah dan mundur bersamaan panitia juga mengumumkan bahwa sudah selesai karena Ummi lelah dan butuh istirahat.

Sempat berpisah dengan temanku dari Surabaya. Aku mencarinya ke sana-kemari dan hanya sepatunya saja yang dapat kujumpai dan kuamankan. Cukup kaget sampai mengirim SMS ke teman Sidoarjo bahwa temanku telah hilang.

Karena sinyal sedikit problem untuk mengakses internet, hanya dapat ber-SMS dan telepon saja. Jujur saja, sebenarnya hatiku tenang dan tidak resah ketika temanku menghilang dan bahkan dia tidak membawa handphone hanya keyakinan bahwa "Nanti juga ketemu."😄✌

Dan benar saja, notifikasi WhatsApp teman berbunyi bahwa temanku telah bersama salah satu panitia (akhwat). 12.02 alhamdulillah akhirnya kami bertemu juga😃 Tuh kan! Bener, ketemu. Udah yakin dan percaya aja kepada Allah. Everything is okay :)

Belum berhenti sampai di situ, ada drama kembali yang terjadi yaitu jalan jauh menuju INDOMARET setelah POM di mana BUS-nya parkir di situ! Oh Tuhaan ...

12.28 berjalan menyusuri jalan, menemukan jalan untuk kembali ke jalan raya. Melewati gang-gang kecil yang banyak rumah-rumah di mana open house bagi jamaah yang mau menginap.

Berhenti sejenak melihat tepat pada belokan begitu sesak penuh dengan orang-orang berjalan yang tanpa arus jelas untuk berjalan. Aku dan beberapa teman berjalan di sisi kiri dekat dengan dinding belokan dan ada beberapa ibu yang terdorong olehku karena ada barisan dari para laki-laki gemuk yang berjalan masuk.

Badan kurusku yang semakin terjepit tak dapat bernapas dan tak tahan dengan semua ini akhirnya berteriak. Semakin berteriak semakin panas rasanya dan tak ada yang mau mengalah. Sampai pada akhirnya aku pun tak sanggup lagi dengan himpitan ini. Berusaha bergerak sekuat tenaga tak peduli dengan siapapun, yang penting diriku keluar dari kerumunan ini. Egois dan bodo amat dikit boleh kan ya?✌


14.43 alhamdulillah sampai juga pada titik di mana bus terparkir. 
Oh Tuhaan sungguh lega rasanya mendinginkan dan merebahkan diri di kursi dengan pendingin buatan namun dengan kehampaan dalam perut. Di sini nyesel banget batalin pesanan nasi pecel yang di mana ternyata bus-nya masih lama berangkat😣 but ya udahlah ya endingnya makan nasi juga dan pulang dengan selamat dan tidur pulas di rumah.



Perjalanan singkat dan menyisakan banyak cerita sehingga terbitlah bacaan ini.
Terima kasih untuk semua yang sudah mengadakan acara ini, maaf bila ada salah kata dalam tulisan ini.

Komentar

Unknown mengatakan…
Insyaallah Barokah
Unknown mengatakan…
Insyaallah Barokah

Postingan populer dari blog ini

Gunung Suci di Bali

Pameran Seni Lukis Surabaya

Kawah Ijen 2018