Lawu, Cemoro Sewu Mengejutkan!

25-25/11/2023 

Setiap pemberhentian adalah titik ibadah untukku, alhamdulillah.


Harga: 

Tiket 15.000 

Di warung selama track: 

Semangka 3.000

Pisang ada yang 3.000 dan 5.000

Gorengan 2.000

Pecel 15.000

Soto 15.000

Susu hangat 6.000

Teh hangat 5.000

Nasi kecap 7.000

Susu jahe 6.000

Roti 10.000

== 

Berangkat Jum'at malam dari Mojokerto menuju Magetan bukanlah perjalanan yang pendek, melainkan perjalanan dengan menahan kantuk dan rasa ingin lekas sampai. Ya, pada dasarnya harfiah manusia ingin secepat pesawat jet tanpa ada bumbu-bumbu drama didalamnya.😄

Malam semakin gelap dan kami masih dalam perjalanan menuju ke sana. Jalanan begitu sepi dan gelap dengan lampu remang-remang mengiringi perjalanan kami, bersyukur lampu motor dengan cahaya putih menerangi perjalanan. 

Jok motor yang cukup nyaman untuk diduduki sepanjang perjalanan, tak panas tapi punggung rasanya sudah pegal memanggul ransel dengan isi yang antep.

Beberapa kali setiran kawan mulai goyah, dan aku mulai lunglai. Akhirnya, memutuskan berhenti dan tidur di teras emperan toko yang sudah tutup. Beruntung, tempat yang bersih dan ada dudukan untuk ditiduri.


Tak terasa sang fajar mulai nampak menyinari mata ini, kami bergegas bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju lokasi.


Sesampai di lokasi parkiran cukup ramai dengan para pendaki yang siap meramaikan Lawu. 

Berjalan memasuki BC dan berjumpalah kami dengan kawan-kawan dari Kediri (empat orang). Istirahat sejenak meletakkan perlengkapan dan menuju warung untuk sarapan pagi.

Nasi+telur dadar 10.000 


Registrasi 08.48 
Kami berdoa bersama sebelum berangkat dan yeay, We came to Lawu! 

Terbagi menjadi 2 tim; 4 sudah di depan, 2 masih di belakang (dan itu aku😄✌🏼)

Belum sampai pos 2 ada drama terjadi, intinya mereka berempat memutuskan turun dan sisanya melanjutkan.

Ya, pada kesimpulannya, berhenti memaksakan kondisi yang sudah tak mungkin untuk melangkah lagi mumpung belum setengah perjalanan, kecuali jika memang semua siap mem-backup dan mengiringi sampai puncak secara bersama. Namun, sulit memang karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai egonya masing-masing. 

Nampaknya sudah sore, adzan maghrib pun terdengar. Sedangkan, kami masih dalam perjalanan menuju Sendang Drajat. Setelah sampai memutuskan untuk istirahat sekaligus menunggu isya'.

Setelah selesai, melanjutkan perjalanan yang di luar dugaan. Baru beberapa langkah sudah ada babi berlari dari sisi kiri menuju turunan di kanan. Hewan yang gemuk, seram dengan durinya jika diseruduk seperti banteng. Tepat pantatnya menghadap mukaku sontak kami diam dan mundur sambil tetap menyoroti ke arahnya. Aku yang diam seribu bahasa hanya dapat membaca sholawat, berdoa agar lekas pergi. 

Maju mundur diskusi untuk lanjut atau berhenti. Akhirnya, tetap lanjut berjalan pelan dan ada babi lagi! Ukurannya tidak segemuk tadi tapi lincah dan seakan mengawasi ingin menyeruduk kami.

Mengawasi dari jauh, trek yang akan dilalui terhalang olehnya.

Aku tetap menyoroti matanya, bersholawat dan berdoa menahan gemetar dan takut.

"Ini lanjut nggak?"
"Samean enaknya gimana? Kalo lanjut harus jalan cepat, kalo menuju puncak dekat dengan Hargo Dalem." 
"Oke! Lanjut aja," jawabku.

Aku yang awalnya klemer-klemer menikmati lelahnya beban yang ditopang, karena babi membuat langkah kaki menjadi patas dan sampailah di Hargo Dalem.

Maha Besar Allah dengan segala cara-Nya dalam membantu hamba-Nya.

Terima kasih Lawu, dengan drama yang terjadi. Aku belum puas menikmati dan menjelajah sekitarmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Suci di Bali

Pameran Seni Lukis Surabaya

Kawah Ijen 2018