Cagar Budaya dan Seni Tradisi di Kabupaten Malang

TOMBOAN NGAWONGGO lebih tepatnya berada di dusun Nanasan, desa Ngawonggo, kecamatan Tajinan, kabupaten Malang, Jawa Timur. Merupakan destinasi sekaigus cagar budaya yang masih terasa asri akan nuansa alamnya.

Dulu, pertama kali ke sini masih ada tarif parkir, tapi kini sudah tidak ada. Dan, untuk area parkir masih tetap sama terbatas terutama untuk mobil, sedangkan untuk motor bisa dikondisikan.

Pertama masuk dari parkiran akan menemui musholla di sebelah kiri jalan. Berjalan maju terdapat papan petunjuk jalan dan papan informasi tentang Situs Petirtaan Ngawonggo.

Berjalan lurus, menuju area makan dan ada dua gazebo yang dapat di tempati, sisanya tempat duduk di atas bebatuan beralaskan karpet dan di kursi dari tebangan pohon.

Hal yang unik di sini, kita bebas memilih dan mengambil makanan dan minuman yang telah disediakan. Iya, kalo dulu ada harga yang terpasang, tapi kini hanya cukup memasukkan ke dalam Kotak Asih atau kotak amal yang disediakan ketika berjalan masuk, di sisi kanan jalan.

Karena menerapkan prinsip asah, asih, dan asuh yang bermakna saling mendidik, saling mencintai, dan saling membina.

Di sini, selain menikmati sajian juga dapat merasakan keramahan dari ibu-ibu dapur. Mengobrol santai sembari menikmati alam terbuka. MasyaaAllah, keharmonisan terasa di sini.

Nah, sebelum masuk menuju situs ada hal penting yang dilarang; wanita haid, ibu hamil, dan nifas. Loh, kenapa? Karena berdasarkan tanya jawab singkat, jika ibu hamil anaknya akan hilang, sedangkan wanita haid dan nifas jelas tidak dalam keadaan suci terkesan mengotori.

Di dalam area Petirtaan, terdapat sarana pemandian suci yang dulunya sebagai tempat penyucian rohaniah dan sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan.

Juga terdapat papan himbauan mendekati area pertirtaan, serta melepas alas kaki dikhawatirkan dapat terpleset karena licinnya area di sekitar sini.

Langit mulai gelap, matahari kian meredup. Tak terasa hari sudah sore dan hujan pun datang membersamai kami. Menambah suasana kian eksotis, bercengkrama dan mengobrol dengan dua WNA dari Rusia dan Myanmar—Bilal, serta beberapa teman mereka yang asli Indonesia. Sama-sama kuliah di Universitas Brawijaya.

Sembari menyeruput kopi dengan dicampur wedang rempah-rempah, ulala... Terasa nikmat dan hangat di tubuh.

BANTENGAN di salah satu kampung Tajinan yang saat ini sedang mengadakan pertunjukan seni tradisi Bantengan, sebagai awal pembuka, setelah ramadhan selesai. Karena selama ramadhan tradisi ini diliburkan. Begitu yang disampaikan oleh temanku—Iin—selama berlibur di Malang.

Seni tradisi Bantengan adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendratari, olah kanuragan, musik, dan syair (mantra) yang sangat kental dengan nuansa magis. Pemain Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur banteng (Dhanyangan).

Untuk sejarah lengkapnya, bisa baca di link yang aku rekomendasikan bawah ini:

https://www.google.co.id/amp/s/www.mongabay.co.id/2022/07/02/situs-petirtaan-ngawonggo-peninggalan-mpu-sindok-yang-dilestarikan-warga/amp/ 

https://cagarbudayajatim.com/index.php/2022/09/23/situs-petirtaan-ngawonggo/ 

https://sipemas.uin-malang.ac.id/blog/situs-pemandian-suci-patirtaan-ngawonggo-

=

https://www.google.co.id/amp/s/tugumalang.id/seni-bantengan-malang-dari-relief-hingga-pertunjukan/%3famp 

http://ngalam.id/read/2111/seni-bantengan/ 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gunung Suci di Bali

Pameran Seni Lukis Surabaya

Kawah Ijen 2018